Get this widget!

Minggu, 22 Maret 2015

Biografi Moan Teka Iku


dokumentasi
SIAPAKAH di Sikka yang tak kenal Moan Teka Iku? Sosok ini dikenal seluruh rakyat Sikka sebagai seorang pejuang melawan penjajah.
Tetapi siapakah dia sebenarnya? Pada Selasa 15 Desember 2009 lalu, Pos Kupang coba menelusuri sosok ini dari kampung asalnya. Nama Moan Teka Iku telah diabadikan menjadi sebuah nama desa di Kecamatan Kangae, yakni Desa Teka Iku. Tetapi Moan Teka Iku sendiri berasal dari Dusun Hubing Natar.

Beberapa warga setempat banyak memberikan kesaksian tentang Teka Iku. Menurut mereka Teka Iku adalah sosok pembela rakyat kecil. Dia dianggap sebagai tokoh yang luar biasa dan selalu bahan cerita orangtua kepada anak dan cucu mereka. Beberapa warga yang ditemui, misalnya Yakobus Datang, Berta Rosin dan Dominika Dolvin, menuturkan, Moan Teka Iku adalah sosok yang terkenal hingga turun temurun. Dari periode ke periode selalu ada yang berkisah tentang Teka Iku.

Di Dusun Hubing ada tempat pertemuan Moan Teka Iku bersama tujuh lepo (orang yang punya pengaruh di kampung, Red). Kini tempat pertemuan sudah dipagari dan batu-batunya masih ada. Ada batu panjang seperti meja dan tempat duduk para lepo. Menurut cerita, tempat ini dijadikan tempat pertemuan guna merancang strategi perang melawan Belanda. Di tempat inilah Teka Iku selalu menemui para lepo.

Menurut penuturan warga setempat, Moan Teka Iku adalah seorang anak yang dipungut oleh Moan Mitan. Moan Mitan memiliki seorang anak yang bernama Moan Iku. Dalam cerita itu disebutkan Moan Teka dan Moan Iku adalah satu dan tak terpisahkan. Keduanya kemudian menyebut diri Moan Teka Iku, karena merasa satu. Sebutan itu lalu bertahan hingga kini.

Sebenarnya Moan Teka Iku adalah sosok dua orang yang telah bersatu. Teka dalam bahasa setempat arinya muncul dari belahan bambu. Teka Iku dalam kisahnya dalam buku Sejarah Perjuangan Teka Iku yang ditulis oleh Antonius Anton Nurak adalah panglima perang yang memiliki motto yang membakar semangat yang berbunyi : A'u Teka Iku Rebu Baik (Akulah Teka Iku Pahit Bagaikan Besi), Rebu Natan Kena Ngang (Besi Retak Jenis Baja), Damar Jawa Daan Dadin (Menghijaukan bagaikan daun damar), Nura Lelan Sampe Daran Segar (Menghijaukan Sepanjang Tahun).

Motto perang Teka Iku ini membakar para pengikutnya melawan penjajahan. Moan Teka Iku bertekad memberantas penjajahan. Dia melawan karena melihat penjajah sering memungut pajak hasil bumi yang dibayar kepada raja di masa itu untuk kepentingan Belanda.

Kerja paksa pun diwajibkan dengan mengumpulkan bibit kelapa dan menanamnya sepanjang dataran pinggir pantai demi kepentingan Belanda. Hal inilah yang membuat Moan Teka Iku melawan. Dia ingin menghapus penjajahan dan menolak Belanda di muka bumi Sikka. Ia kemudian menyusun dan membentuk pertahanan melalui strategi merangkul semua kepala kampung guna melawan penjajah.

Dikisahkan, Moan Teka Iku selalu berjuang mati-matian melawan penjajahan. Banyak kisah yang menuturkan gigihnya perlawanan Teka Ikut terhadap Belanda. Dia membakar semangat rakyat dengan kata-kata sebagai berikut: Iku Mitan Manu. Nai Gata Neta Klereng. Manu Nanga Eron Blon. Toki Tokang Sara Plapeng. Toki Ene Loar Ha. Artinya Iku hitam ayam payau. Bertengger di segala cabang. Sang bangau si leher panjang. Cotok-pagut dengan tepat. Kuserbu habis, satu pun tak kutinggalkan. Kata-kata ini sering diteriakkan Moan Teka Iku di seluruh penjuru guna membakar semangat rakyat.

Ada pula kata-kata yang sering dijadikan kekuatan, antara lain Pale Tupat Lamen Doa. Kena Desa Ola Gelit, Sede Gete. Mapa Letan Hepen di Gena. Lala di Gena. Peli Mitan Aur Meran. Laen Ojo Nulu Olor yang berarti Pale Tupat Putera Gila. Jika diterjemahkan kira-kira berarti Putera Gila Jangan Dicoba, Jerat Membesar, Menghadang Lorong, Nyamuk dan Lalat Turut Terperangkap. Bambu Hitam Aur Merah. Belum Digosok Sudah Menyala.

Menurut keterangan, Moan Teka adalah seorang sosok yang gagah perkasa, terampil dan berbudi luhur. Moan Teka Iku juga bertubuh kuat, kekar lagi terampil, mampu dan bertanggung jawab. Ia juga sosok yang berwibawa dan agresif. Cara perangnya melawan Belanda juga unik. Dia selalu berperang dengan cara membakar dan membumihanguskan kampung yang akan dikuasai Belanda.

Dia juga memperbesar kekuasaannya dengan mengawini wanita di setiap kampung. Orang yang ia nikahi adalah anak dari orang-orang yang memiliki pengaruh di kampung tersebut.

Taktik lain dari perangnya menghancurkan Belanda adalah mempersatukan semua kampung besar seperti di Kode, Delang, Tadabliro, Baluele, Tomu, Halat, Diler Arat, Puho,Wutik dan kampung di bagian timur Sikka, Arat Umalaju, Habi, Bei Hara, Getang, Apin Goot, Puho Rohe, Ian, Heo, Hewokloang, Bora dan Klotong.

Perjuangan melawan penjajah membuat Moan Teka Iku dicari penjajah Belanda. Dia
dihukum 20 tahun penjara dan denda uang 300 gulden. Teka Iku lalu dibuang ke Kupang, Timor. Selanjutnya ke Makkasar dan di Bugis Watang. Teka Iku adalah sosok yang tidak hanya dikenal oleh keluarganya. Hampir semua warga Sikka telah mengenal sosok ini.

Teka Iku Rebu Bait. Moto dan tekad kepahlawanannya telah membuat sosok pria ini dikenal sebagai orang yang berjuang melawan penjajahan dan ketidakadilan di Sikka. Pemkab Sikka dan DPRD Sikka juga telah menetapkan Teka Iku sebagai pahlawan dan telah menyampaikan fakta dan bukti sejarah tentang kepahlawanan Teka Iku. Tetapi hingga kini belum ada penetapan Moan Teka Iku sebagai pahlawan nasional. Penulis : (aris ninu)

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar